Stasiun Binjai (BIJ)—dahulunya bernama Stasiun Timbang Langkat—adalah stasiun kereta api kelas II yang terletak di Binjai Timur, Binjai terletak di Jalan Ikan Paus dekat Terminal Kota Binjai. Stasiun yang terletak pada ketinggian +25,30 m ini termasuk dalam Divisi Regional I Sumatra Utara dan Aceh. Tidak seperti kebanyakan stasiun lain di Sumatra Utara yang sudah berganti arsitektur, Stasiun Binjai masih mempertahankan gaya bangunan kolonial semenjak masa pembangunannya dulu.
Stasiun Binjai saat ini sudah tidak melayani perjalanan KA menuju Besitang karena jalur ke Besitang sendiri saat ini dinonaktifkan. Selain itu, stasiun ini juga tidak lagi melayani angkutan barang. Pada masa lalu, terdapat empat stasiun antara Medan-Binjai, yakni Sikambing, Sunggal, Sungai Semayang, dan Diski. Jalur ini sedang dalam progres reaktivasi sebagai bagian dari proyek pembangunan jalur kereta api Trans-Sumatra yang nantinya akan menghubungkan Aceh dengan Sumatra Utara.[3][4]
Dahulu, Stasiun Binjai merupakan persimpangan jalur ke Besitang dan jalur ke Kuala, tetapi saat ini jalur kereta api ke Kuala sudah mati dan yang tersisa hanyalah bekas-bekasnya saja. Jalur kereta api menuju Kuala dan Besitang terdapat di sebelah utara stasiun Binjai.
Stasiun Binjai dahulu memiliki enam jalur kereta api, tetapi sekarang hanya tersisa tiga saja. Jalur 1 merupakan sepur lurus. Di ujung utara stasiun ini juga masih terdapat sisa menara air dan sumurnya, serta corong air untuk lokomotif uap di ujung utara dan selatan emplasemen stasiun ini. Lebih dahulu lagi, stasiun ini memiliki depo lokomotif yang kini sudah dirobohkan.
Pada akhir tahun 2020 sistem persinyalan mekanik di stasiun ini sudah diganti dengan sistem persinyalan mekanik produksi Len Industri.
Stasiun Binjai (BIJ)—dahulunya bernama Stasiun Timbang Langkat—adalah stasiun kereta api kelas II yang terletak di Binjai Timur, Binjai terletak di Jalan Ikan Paus dekat Terminal Kota Binjai. Stasiun yang terletak pada ketinggian +25,30 m ini termasuk dalam Divisi Regional I Sumatra Utara dan Aceh. Tidak seperti kebanyakan stasiun lain di Sumatra Utara yang sudah berganti arsitektur, Stasiun Binjai masih mempertahankan gaya bangunan kolonial semenjak masa pembangunannya dulu.
Stasiun Binjai saat ini sudah tidak melayani perjalanan KA menuju Besitang karena jalur ke Besitang sendiri saat ini dinonaktifkan. Selain itu, stasiun ini juga tidak lagi melayani angkutan barang. Pada masa lalu, terdapat empat stasiun antara Medan-Binjai, yakni Sikambing, Sunggal, Sungai Semayang, dan Diski. Jalur ini sedang dalam progres reaktivasi sebagai bagian dari proyek pembangunan jalur kereta api Trans-Sumatra yang nantinya akan menghubungkan Aceh dengan Sumatra Utara.[3][4]
Dahulu, Stasiun Binjai merupakan persimpangan jalur ke Besitang dan jalur ke Kuala, tetapi saat ini jalur kereta api ke Kuala sudah mati dan yang tersisa hanyalah bekas-bekasnya saja. Jalur kereta api menuju Kuala dan Besitang terdapat di sebelah utara stasiun Binjai.
Stasiun Binjai dahulu memiliki enam jalur kereta api, tetapi sekarang hanya tersisa tiga saja. Jalur 1 merupakan sepur lurus. Di ujung utara stasiun ini juga masih terdapat sisa menara air dan sumurnya, serta corong air untuk lokomotif uap di ujung utara dan selatan emplasemen stasiun ini. Lebih dahulu lagi, stasiun ini memiliki depo lokomotif yang kini sudah dirobohkan.
Pada akhir tahun 2020 sistem persinyalan mekanik di stasiun ini sudah diganti dengan sistem persinyalan mekanik produksi Len Industri.